Sabtu, 02 Oktober 2010

Gadis Pantai; sebuah rangkuman. Pramoedya Ananta Toer

Keceriaannya hilang, hari-harinya yang telah terbiasa bebas bergumul dengan laut dan ombak, tiba-tiba harus segera ditinggalkan. Gadis pantai tumbuh di kampung nelayan Jawa Tengah, Rembang tepatnya. Namun setelah ia beranjak dewasa, seorang Bendoro; priyayi, datang mengambilnya untuk diperistri. Gadis pantai berontak, tapi orangtuanya bersikeras untuk menerima perkawinan itu. Karena hal itu dianggapnya akan mendatangkan prestise baginya, Gadis pantai pun mengikuti apa keinginan orangtuanya

Rumah itu megah, sangat megah untuk ukuran pribumi. Ia hanya bertugas untuk mengabdi kepada Bendoro, tidak untuk bekerja, ia hanya menunjuk dan memerintah kepada bujangnya; pembantunya. Dan sebagai wanita utama, ia dipanggil oleh bujangnya dengan sebutan “Mas Nganten”.

Awalnya ia kikuk dengan suasana rumah itu, karena semuanya sangat berbeda dengan keadaan di kampung halamannya. Tapi hal itu tak berlangsung lama, seorang wanita tua telah membimbingnya untuk menjadi wanita utama yang baik. Wanita tua itu tak lain adalah bujangnya, yang bertugas untuk mengabdi kepada bendoronya. Dan Gadis pantai mulai mengerti, ia bertugas untuk mengabdi kepada Bendoro, bendoro bujangnya juga.

Malam itu, Bendoro datang ke kamarnya. Gadis pantai dengan gugup menyambutnya, ia lakukan apa saja yang telah diajarkan oleh wanita tua itu. Dan Gadis pantai begitu tertegun, karena Bendoro tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya olehnya. Ia sangat lembut, sopan, dan tahu akan agama serta hadist pula. Sedang Gadis pantai? Agama baginya adalah hal yang sangat suci; saking sucinya, sampai ia tak berani mempelajarinya. Suasana hening, dan malam itu adalah malam pertama ia tidur bersama Bendoro.

Hari-harinya kini digunakan untuk mengatur rumah, belajar mengaji bersama Bendoro, dan belajar membatik. Namun wanita tua itu selalu setia menemaninya, sampai Gadis pantai hendak tidur pun ia harus “mendongeng” hingga Gadis pantai terlelap. Terkadang wanita tua itu kehabisan ceritera, dan kemudian ia menggantinya dengan pengalaman hidupnya. Hidupnya yang keras, dan tak sadar, wanita tua itu telah mengingatkan ketakutan Gadis pantai; cemburu.

Suatu ketika, Gadis pantai meminta bantuan orang-orang di rumah untuk membantunya membenahi kamarnya, termasuk kerabat Bendoro; pemuda-pemuda kerabat Bendoro yang dititipkan kepada Bendoro untuk belajar. Setelah semuanya selesai dan kembali seperti semula, Gadis pantai menyadari bahwa dompetnya hilang yang ditaruh di laci.

Gadis pantai bergegas untuk menjelaskan kepada wanita tua itu, tak lama kemudian wanita tua itu memanggil orang-orang yang tadi membantunya. Semua tidak mengaku, dan tiba-tiba wanita tua itu menunjuk ke arah kerabat Bendoro, dan mereka pun saling tuduh menuduh. Akhirnya wanita tua itu bergegas mengadukan ke Bendoro, karena jika uang itu tak juga ketemu, maka seisi rumah esok hari tak makan. Namun kerabat Bendoro tak takut sedikitpun dengan pengaduan itu; karena mereka tahu siapa yang bakal diusir dari rumah.

Tak lama setelah Gadis pantai dan wanita tua itu menghadap Bendoro, seisi rumah pun telah berada di hadapan Bendoro. Dan mereka melakukan sembah kepada Bendoro, kecuali kerabat Bendoro. Ditanyainya satu persatu mereka yang ada dihadapan Bendoro, dan Bendoro tercengang marah. Satu kerabat Bendoro, diusir karena diduga ia yang mengambil uang Gadis pantai. Tak selesai sampai di situ, wanita tua itu pun ikut diusir; karena ia dianggap lancang telah berani melapor kepada Bendoro.

Kini, Gadis pantai merasa sepi. Tak ada lagi yang memberi wejangan serta dongeng kepadanya, ia merasa sendiri, dan kembali ia menyadari semuanya; ia hanyalah bertugas untuk mengabdi kepada Bendoro. Hari-harinya diisi dengan lamunan, namun ia harus tetap tersenyum ketika Bendoro datang padanya. Hingga Bendoro menanyainya perihal orangtua Gadis pantai; rindukah ia dengan orangtuanya?

Dan pagi itu, seorang wanita masuk tanpa permisi ke kamarnya. Ia sangat pongah, tak seperti wanita tua yang selalu menghormati Gadis pantai. Ia adalah Mardinah, seseoarang dari Demak yang dikirim ke Rembang untuk membantu Bendoro; ia masih kerabat jauh Bendoro. Mardinah menggantikan wanita tua itu, Gadis pantai tak suka dengan sikapnya yang kurang ajar kepadanya. Hingga gadis pantai sengaja tak mengajak bicara Mardinah, ia bersikap sangat diam. Pada akhirnya, Bendoro menawarkan Gadis pantai berkunjung ke rumah orangtuanya, karena melihat Gadis pantai nampak murung akhir-akhir ini.

Gadis pantai pergi menuju kampung nelayan ditemani Mardinah serta seorang kusir; membawa oleh-oleh dari kota untuk orangtua Gadis pantai. Awalnya Gadis pantai menolak untuk ditemani Mardinah, tapi karena Bendoro mendesaknya, akhirnya Gadis pantai hanya bisa menerima. Kedatangannya disambut oleh seluruh kampung nelayan. Dan Gadis pantai merasa, bahwa semua perlakuan penduduk di kampungnya telah berubah; mereka begitu menghormati Gadis pantai, lantaran ia seorang istri pembesar dan memakai banyak perhiasan pula.

Sehari sudah ia berada di kampung nelayan, ia merasa tubuhnya begitu letih. Seorang wanita tua bernama Mak Pin; Mak Pincang, telah memijitnya. Namun dirasainya agak aneh wanita tua itu, dan tak lama, semua orang tahu bahwa Mak Pin adalah seorang lelaki; bajak. Seluruh warga mengejarnya, dan setelah tertangkap ia dibuang ke laut. Mardikun nama orang itu, dan diam-diam Gadis pantai curiga bahwa ia ada kaitannya dengan Mardinah; berasal dari Demak dan menggunakan nama “Mardi”.

Keesokan harinya, Mardinah ingin segera pulang. Tapi Bapak Gadis pantai telah menangkap kejanggalan itu. Bapak tetap mendesak dan menakut-nakuti Mardinah agar ia menjelaskan semua yang telah terjadi sebenarnya. Benar, ternyata Mardinah ada kaitannya dengan Mardikun. Ia dikirim dari Demak untuk menyingkirkan Gadis pantai dari Bendoro. Dan akhirnya Mardinah dihukum oleh warga; ia ditempatkan bersama Si Dull gendeng (seorang pemuda yang tak waras) yang tak beristri. Tapi akhirnya mereka menjadi saling jatuh cinta, dan menikahlah mereka.

Singkat cerita, Gadis pantai telah kembali ke kota. Tapi dirasainya kini Bendoro sikapnya telah berubah kepadanya. Bendoro sudah tidak pernah berkunjung ke kamarnya. Bahkan Bendoro sudah berkata kasar kepada Gadis pantai. Dan berbulan-bulan lamanya, akhirnya Gadis pantai telah mengandung, ia berharap Bendoro datang menjenguknya. Namun setelah Gadis pantai melahirkan pun Bendoro tak kunjung datang walaupun satu rumah. Setelah tiga hari, Bendoro datang ke kamarnya, tapi Bendoro bergegas pergi; setelah diketahui bahwa bayi yang dilahirkan Gadis pantai bukanlah lelaki.

Tak lama, bapak Gadis pantai datang menemui Bendoro atas undangannya. Bapak sangat senang, mengetahui dirinya telah mempunyai seorang cucu; keturunan seorang priyayi. Namun ternyata hari itu hari yang sangat menyakitkan. Gadis pantai dicerai! Ya, dicerai oleh Bendoro. Tak tahu apa alasan Bendoro, padahal dirasainya tidak ada masalah sedikitpun ia dengan Bendoro.

Hari itu juga, Gadis pantai meninggalkan gedung batu itu, ia ingin membawa anak itu hidup di kampung nelayan. Bendoro tidak mengizinkan keinginannya, akhirnya Gadis pantai menyerahkan bayi itu pada Bendoro; ayahnya. Tapi tak di sentuh juga oleh Bendoro. Gadis pantai berontak, dan baru kali ini ia berontak terhadap Bendoro. Hingga akhirnya ia di usir dan dipukul oleh Bendoro. Ia menangis, dan ia berdarah-darah.

Gadis pantai dan bapak pergi untuk selamanya dari rumah Bendoro. Belum sampai di kampung nelayan, ia minta izin dan ampun kepada bapaknya; ia ingin pergi, ia tak bisa membayangkan apa kata orang-orang terhadapnya, kepada ibunya ia hanya bertitip pesan. Dan Gadis pantai pun pergi, ia mencoba mencari wanita tua yang dulu melayaninya. Di Blora, tempat wanita tua itu.

Beberapa hari setelah kepergiannya, sering terlihat sebuah dokar berhenti di pelataran rumah Bendoro. Dari tirai dokar, nampak seorang wanita mengintip dengan pandangan mata “mencari” ke rumah Bendoro. Namun tak lama, dokar itu tak nampak lagi.

2 komentar:

Annelies Syaif Latief mengatakan...

boleh ya sy copy critax__cz perlu buanget__makassih sblumx__

Respati Wasesa Affandi mengatakan...

Boleh..ambil aja gag apa2 :-)

Posting Komentar