Rabu, 15 Februari 2012

Percintaan di Atas Kembang


Pembisik
Kau kamboja kuburan, tumbuh di antara mayat-mayat bergeletakan.
Tubuhmu dijalari anggrek buruk berbau busuk.
Akar-akarnya terus melilit lekat hingga kau sesak menghirup hembus udara senja.
Harusnya kau tak sebut lagi sebagai bunga,
ia hanya benalu bermuka manis serupa mawar indah bertangkai duri.

Tiap malam ia merayap mencumbui pohon randu.
Mereka akan bersenggema dibelai berai kapas.
Sementara kau begitu lelap ditikam gelap.
Esok hari seorang putri mungkin tidur di kakimu.
Tergolek lemah, pucat menyelimuti wajah.
Nyawanya meregang terbang entah ke mana.
Malaikat mengantarkannya memang untukmu.

Jangan kau sia-siakan kebaikan itu, Kamboja!
Biarkan Anggrek melihat akarmu memeluk lembut jemari Putri.
Lumatlah di atas kembangmu yang berserakan merajai tanah,
seperti Anggrek menjamah Randu di bawah naungan kapas.

Anggrek
Akulah benalu manis di tubuhmu,
melilit lembut menyerap sarimu
namun kau tak pernah mengerti mengapa aku bercumbu dengannya,
randu alas di tepian sana.

Kambojaku, bukan aku tak cinta
Tanah telah menjadi debu-debu.
Badan kita menyatu, jiwa kita terpisah jauh
Aku cuma gerimis sepi tanpa derum guruh

Putri cantik mungkin esok datang berlutut di kakimu
Aku tak cemburu, apa artinya bermain api tanpa kayu?
Andai saja mayat-mayat itu bisa bicara, juga nisan penanda empunya,
kita akan mengerti, betapa hidup hanya sementara.
Aku ingin ajarkanmu tentang kenikmatan yang ganjil ini

Kambojaku, marilah, senja sudah jauh menelan cahaya.

Kamboja
Aku tak memiliki gambaran tentang cinta, kasih.
Hari berganti, bunga berguguran: lambai jemarimu
tak membuat aku bergetar.
Salahkah ini?

Bekasi, 2011

1 komentar:

Lumbunghati mengatakan...

pilih kamboja atau anggrek?

Posting Komentar